Pahlawan Yang Tak Terlihat

Adalah pak Ramli. Seorang petugas kebersihan di taman krueng Aceh yag telah genap 7 tahun bekerja sebagai petugas kebersihan taman. Pria tua kelahiran Sigli 1954 ini kini menginjak usia 62 tahun. Di umurnya yang mulai renta ini, ia habiskan untuk bekerja dari pagi hingga sore setiap harinya. Hanya hari-hari besar saja ia di perbolehkan libur keja oleh Dinas Kebersihan Kota. Awal bermulanya pekerjaan ini dimulai ketika musibah tsunami yang melanda Aceh tahun 2004 silam, yang mana memporak-porandakan warung nasi yang dulunya menjadi sumber mata pencaharian Pak Ramli dan keluarganya. Sebab itulah, Pak Ramli bertekat mencari pekerjaan baru. Apalagi Pak Ramli mempunyai pengalaman dalam bidang merawat taman semenjak berada di barak pengungsian 9 tahun silam.

Semula pekerjaan ini digeluti Pak Ramli ketika mendengar dari teman-teman di barak pengungsian tentang adanya lowongan kerja dari Dinas Kebersihan Kota. Saat itu Pak Ramli lumayan mengerti masalah kebersihan, baik itu taman ataupun merawat aneka tanaman. Semua itu terlatih ketika kota Banda Aceh luluh lantak akibat tsunami yang memicu semua orang untuk bergotong royong membersihkan ibu kota tercinta. Pak Ramli mengawalinya dengan bersih-bersih kampungnya sendiri yang begitu memprihatinkan. Dari sekian orang yang melamar kerja ke Dinas Kebersihan Kota, Alhamdulillah Pak Ramli berhasil menjadi yang terpilih. Pertama-tama Pak Ramli turun kelapangan sampai akhirnya di tetapkan menjadi petugas kebersihan taman di Krueng Aceh. 

“Untuk pertama kalinya bapak di tugaskan dilapangan, dan akhirnya menjadi pekerja tetap di taman Krueng Aceh ini” ucap Pak Ramli pasti. Sosok Pak Ramli begitu tenang, ramah dan santun. Satu-persatu jawaban yang ia jawab dari pertanyaan saya begitu lugas dan pasti. Sepintas kehidupan Pak Ramli begitu memprihatinkan, sehari-harinya ia mendapat upah sebesar 50 ribu rupiah, dimana upah tersebut termasuk uang makan siang dan bensin sepeda otornya. Pak Ramli yang sekarang beralamat di Neuheun Aceh Besar ini benar-benar gigih bekerja merawat taman dan bunga-bunga di taman Krueng Aceh. Taman Krueng Aceh sendiri sudah banyak perubahan pasca tsunami. Dimana taman tersebut sudah ditata rapi dengan hiasan aneka macam bunga yang lebih kurang ada 80 jenis bunga, di percantik lagi dengan kursi-kursi taman yang terlihat rapi dengan pemandangan sungai Krueng Aceh yang tenang.

Ditanya masalah enak atau tidaknya menjadi petugas di sini, Pak Ramli menanggapinya dengan tenang. Ia menyadari pekerjaan ini begitu berat apalagi dengan upah yang sedikit. Namun, ia menjalani pekerjaan halal ini dengan lapang dada dan senyuman gembira. Tak ada rasa sesal dari raut wajahnya yang kian hari kian menua. Pak Ramli begitu semangat bekerja. Pak Ramli memulai pekerjaannya setiap hari dari pukul 8 pagi hingga pukul 12 siang, dan dari pukul 2 siang sampai pukul 6 sore.

Pengunjung rata-rata digandrungi oleh muda-mudi, terlebih mereka yang senang berpacaran. Kerap kali jika ada pasangan yang kedapatan berdua-duaan melebihi batas norma, maka Pak Ramli beserta teman-teman lainnya akan dengan tegas memberi peringatan kepada mereka yang melanggar. Untuk kesalahan pertama hanya diberi peringatan semata berupa nasehat-nasehat, sehingga kedepannya tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama. Jadwal pengunjung yang datang ke taman Krueng Aceh juga di batasi, yakni dari pagi hingga jam 10 malam. Jika lewat dari jam 10 malam masih ada juga pengunjung yang datang, maka petugas jaga di taman Krueng Aceh bias menjatuhkan pengusiran paksa kepada mereka, dan segalanya dapat di luar tanggung jawab petugas di taman Krueng Aceh.

Setiap harinya taman Krueng Aceh tampak bersih dan nyaman. Pengunjung pun tertip dan tidak ada satupun yang melanggar seperti membuang sampah sembarangan. Semua ini adalah aturan yang harus di taati untuk kepentingan dan kenyamanan bersama. Dengan tertip dan bersih, maka kenyamanan untuk rehat atau duduk santai di tepi sungai Krueng Aceh jadi lebih terasa.

“Ketika lebaran telah tiba, saat itulah rejeki datang” seru Pak Ramli gembira. Ya, itulah saat-saat ia dan keluarganya bias makan enak dengan rejeki yang mereka dapatkan. Setiap lebaran pak Ramli dan anggota petugas lainnya mendapat jatah sirup beserta sembako untuk menyambut lebaran. Namun Pak Ramli tak bisa berlama-lama menikmati libur lebaran, sebab pak Ramli hanya libur 2 sampai 3 hari saja. Selanjutnya kembali lagi dengan aktifitas merawat taman Krueng Aceh.

“Mau gimana lagi, Bapak harus komitmen dengan peraturan kerja. Walaupun liburnya sedikit, asalkan lebaran sudah bersama keluarga biar itu cuma 2 hari saja, bagi bapak itu hal yang paling bahagia” tutur Pak Ramli yakin. Lihatlah, taman Krueng Aceh semakin asri saja dengan program penghijauan yang sedang diterapkan pemerintah kota saat ini. Semua tidak lepas dari tangan-tangan hebat, orang-orang seperti Pak Ramli dan para petugas lainnya, yang bahu membahu menghijaukan taman di Krueng Aceh agar selalu tampak asri dan nyaman.

Pak Ramli yakin dengan pekerjaan yang ia geluti sekarang. Tak peduli keringat deras bercucuran dari wajah yang dihiasi senyuman itu. 14 km jarak yang ia tempuh menuju tempat ia mencari nafkah tidak membuat ciut untuk bekerja, tekat bulatnya hanya satu, bisa menyekolahkan keempat anaknya sampai sarjana. Semangat Pak Ramli.

Share:

0 komentar