Saksi Bisu Ilalang
Sumber: Google |
Hamparan ilalang terbentang luas,
masih seperti dulu saat kita masih bermain disini 2 tahun lalu. Padang ilalang
ini menjadi saksi bisu kisah kita. Aku, kau dan dia, Tomi sahabat kita.
Aku mengenang kisah itu sebagai
kenangan terindah. Disini aku hanya bisa mengenang masa indah ini, duduk di
bukit nan indah, tempat biasa kita bertiga bermain bersama. Hembusan angin laut
mengacak-ngacak rambutku, kini hanya aku dan Tomi mengenang kisah kita, Adit.
''kini cuma tinggal kita berdua Tom'' aku menatap Tomi sahabat ku satu-satunya. Sambil bersandar di bahunya menatap lautan nan lepas.
''jangan bersedih Rina, pasti Adit sudah tenang di sana. Di tempat terindah'' padangan Tomi seolah kosong menatap hamparan laut yang luas terbentang. Aku hanya bisa bersandar di bahu Tomi, sambil mengenang kisah ku yang pilu. Adit pergi karena sakit yang di deritanya selama ini.
''kini cuma tinggal kita berdua Tom'' aku menatap Tomi sahabat ku satu-satunya. Sambil bersandar di bahunya menatap lautan nan lepas.
''jangan bersedih Rina, pasti Adit sudah tenang di sana. Di tempat terindah'' padangan Tomi seolah kosong menatap hamparan laut yang luas terbentang. Aku hanya bisa bersandar di bahu Tomi, sambil mengenang kisah ku yang pilu. Adit pergi karena sakit yang di deritanya selama ini.
2 tahun lalu, kau menahan sakit yang menggerogoti tubuhmu sendirian, tak pernah kau mengeluh pada ku atau pun Tomi. Kau pergi meninggalkan sejuta kisah indah masa lalu. Meski di hari terakhirmu aku dan Tomi tidak berada disini untuk menemanimu. Karena aku harus menempuh pendidikanku di kota. Sedangkan Tomi kini menjadi tulang punggung keluarganya, dia merantau demi menghidupi Ibu dan adik-adik setelah Ayah meninggal.
Ada rasa yang belum terungkap
antara aku dan kau, Adit. Tapi mengapa tuhan terlalu cepat memanggilmu. Rindu
ini masih menderu memanggil namamu. Tempat ini menjadi saksi bisu kau, aku dan
Tomi.
Mungkin kini kau telah memenuhi
mimpimu, ingin menari bersama ilalang yang tak berduri dengan keindahan bunga
putih di atasnya. Bunga putih itu kini terbang di bawa angin seperti yang kau katakana
pada ku. “Aku ingin bebas seperti
ilalang, menari dengan irama angin dan bila waktunya tiba aku ingin terbang
seperti bunga putih ini yang terbawa oleh angin, menuju angkasa luas”. Padang
ilalang ini menjadi saksi bisu kisah kita, aku, kau dan Tomi. Semoga kau tenang
di sana, tak lupa ku sertakan doa-doa dalam setiap sujud ku. Kau adalah sahabat
terbaikku, Adit.
Kini senja telah berlalu. Aku
harus mengakhiri kisah ini, meski aku belum bisa menerima kenyataan yang pahit
ketika kau pergi tanpa meninggalkan pesan. Tak perlu ku bersedih lagi, kini ada
Tomi yang selalu di samping ku, dia yang selalu menjaga ku setelah ke pergian
mu untuk selama-lamanya.
Tahun demi tahun telah terlewati tanpa mu. Kini aku sudah memiliki seorang anak laki-laki, hasil buah cinta ku dan Tomi suamiku sekaligus sahabat terbaik ku. Setiap ku lihat anak itu, aku selalu ingat padamu Adit. Ya karena untuk mengenang mu ku beri nama anak itu Adit, sama seperti nama mu, sahabat ku.
Tahun demi tahun telah terlewati tanpa mu. Kini aku sudah memiliki seorang anak laki-laki, hasil buah cinta ku dan Tomi suamiku sekaligus sahabat terbaik ku. Setiap ku lihat anak itu, aku selalu ingat padamu Adit. Ya karena untuk mengenang mu ku beri nama anak itu Adit, sama seperti nama mu, sahabat ku.
Tags:
Goresan Penaku
0 komentar