Diary Hujan. Episode Idul Adha


Sumber : Google
Siang telah menampakkan wujud, pagi sudah mulai terang meski mentari belum menampakkan cahaya emasnya dari balik pegunungan. Masih terasa sejuk, karena hujan dari semalam. Ku tarik lagi selimut untuk menutupi tubuhku yang kedinginan. Hingga seorang lelaki yang kini sudah berumur 63 tahun membangunkanku. Ya dia adalah lelaki yang sering ku sebut dengan nama Ayah. Ayah yang sangat perhatian meski ia tidak memberikan materi buat anak-anaknya namun dia memberikan kasih sayang yang tulus buat anak-anaknya. Setiap malam aku melihat dia bangun dari tidurnya, dan memeriksa anak-anaknya satu persatu. Kini ketika aku sudah menempuh pendidikan di luar kota ku, aku baru tahu betapa dia menyayangi anak-anaknya. Meski dulu aku sempat merasa malu memiliki Ayah seperti dia, namun kini ku sadari aku masih labil kala itu. Dulu ketika aku masih duduk di kelas 2 SMP di desa ku, aku lupa membawa sebuah pulpen. Tanpa aku sadari Ayahku berbaik hati mengantarkan pulpen itu kesekolah tempat aku belajar kala itu. Di saat itu aku merasa malu, kenapa mesti mengantar, toh itu kan cuma pulpen, aku kan bisa pinjam sama kawan. Itu yang ada dalam fikiran ku kala itu. Sepulang dari sekolah aku bahkan marah padanya, kenapa mesti di antar kesekolah, dan mengancamnya untuk tidak melakukan itu lagi. Padahal jika aku berfikir kala itu dia adalah Ayah yang sangat perhatian bukan?.


Ketika aku di bangunkan oleh Ayah, aku segera mandi dan bersiap-siap hendak ke masjid untuk menunaikan shalat sunnah hari raya idul adha atau shalat Ied idul adha. Kali ini aku berjalan kaki menuju masjid, karena aku malas menghidupkan sepeda motor milik abang ku Teddy.

***
Khutbah hari raya hari ini adalah tentang qurban, yang menceritakan tentang pengorbanan nabi Ibrahim As yang kaya raya karena memiliki ternak (kambing) yang miliaran banyaknya. Yang mengembala ternak nabi Ibrahim tidak hanya manusia, namun juga di jaga oleh anjing pelacak sekitar 12 ribu ekor anjing. Bahkan nabiyullah iklas memberikan ternaknya kepada orang yang baru dikenalnya asalkan orang tersebut mengucapkan takbir, tahmid, tahlil dan tasbih. Bahkan nabiyullah berani mengqurbankan anaknya jika dia di beri anak oleh Allah. Semua kita mungkin sudah tau tentang kisah itu, namun aku begitu antusias mendengar khutbah kali ini.

***
Khutbah selesai, waktunya aku pulang, dan sungkeman sama kedua orang tua serta keluarga. Aku juga pergi ke rumah Abah dan cut lot untuk berlebaran haji dengan saling bermaaf-maafan. Aku juga pergi ke rumah Abu (ustad) pimpinan pesantren tempat aku mencari ilmu agama dulu sebelum aku berangkat ke kota provinsi. Dan juga pergi ke rumah Teungku (ustad) En. Guru yang mengajari ku mengaji dan ilmu agama. Untuk ke rumah dari keduanya aku mengajak teman yang se pesantren dulu.

***
Mendung mulai menyapa lagi. Hujan sebentar lagi akan turun. Ternyata hujan memang turun sangat deras. Di derasnya hujan saudara perempuan ku datang dari kota yang berbeda, dia adalah kakak perempuanku satu-satunya. Dia sudah menikah dan memiliki 2 orang putri yang bernama Anes dan Rina keponakan ku yang cantik-cantik. Aku langsung memeluk si kecil Rina, karena aku begitu kangen sama dia yang masih imut-imutnya, sedangkan kakaknya sudah mulai bandel dan agak susah menaklukan hatinya.

oleh Rahmat Amien pada 26 Oktober 2012 pukul 23:40 ·

Share:

0 komentar