Diari Hujan. Episode Aku dan masa kecilku

senja demi senja telah berlalu meninggalkan lembayungnya. Indahnya masih terasa, membekas bagi pengagum senja. Aku tak tahu, sejak kapan aku menyukainya. Setiap ku tatap senja, hatiku selalu mengingatkan pada sesuatu yang aku tidak ketahui sama sekali. Sepertinya kisah itu indah, tapi kenapa aku tidak bisa mengingatnya?? Atau aku hanya bermimpi. Ini seperti ilusi, mungkin aku berkhayal terlalu tinggi. Dan aku takut aku akan terjatuh dari hanyalan semu itu.


Namun ia tetap indah, seindah senja kali ini. Aku terduduk di sebuah taman dekat kampus, tidak begitu indah, disana tidak aku dapati bunga-bunga yang bermekaran karena taman ini memang tidak memiliki taman. Disini hanya ada beberapa pohon mahoni yang berukuran besar, yang di bawahnya di manfaatkan oleh pedagang bakso goreng keliling untuk menjual barang dagangannya. Ada lapangan basket dan beberapa orang sedang bermain disana, aku hanya duduk di ayunan yang ada di taman sambil sesekali melirik kearah orang-orang main basket ataupun mereka yang sedang bermain sketboard di tempatnya.

Sesekali ku lihat ada beberapa anak-anak bermain perosotan yang sudah tidak layak di gunakan lagi, ya rusaknya terlalu parah. Duduk disini begitu menyenangkan. Namun aku masih tidak bisa mengingat wajah maupun namanya, namun bayangan masa kecil itu selalu menghantui. Setiap melihat anak kecil bermain di taman ini aku selalu senang, ada kecerian di wajah mereka. Meski sering kali mereka berantem.

Teman kecilku, dimana kau kini, lama kita tidak pernah bertemu. Akankah kita akan bertemu suatu hari nanti. Namun apakah engkau masih mengingatku??

Namun sampaikan aku harus di sini, menatap senja yang terus berganti. Aku sendiripun tidak tahu siapa dirimu, yang aku tahu engkau hanya teman bermain dulu. Namun aku tak bisa mengingatmu, mungkin waktu itu umurku masih 5 tahun dan sekarang sudah 21 tahun. Berapa lama aku melupakan teman kecilku itu. Terlalu sulit untuk mengingat wajah dan namanya. Ah sudahlah, semoga suatu saat nanti kita akan bertemu lagi. Azan sudah memanggil, buat apa lagi aku harus disini, di kebisuan dan kesepian hati.

oleh Rahmat Amien pada 5 Desember 2012 pukul 1:25

Share:

0 komentar