Bersama Purnama
Malam
ini, bukan kali pertama aku harus meninggalkan kampung halaman. Ini
adalah yang ke sekian kalinya, dan aku tidak dapat menghitungnya ini ke
pergian yang keberapa. Ada rasa bahagia tersendiri malam ini, bulan
seolah tersenyum menggambarkan kebahagiaan yang ku rasa. Bersama purnama
aku kembali ke Kota Banda Aceh, untuk melanjutkan studiku di
Universitas Jantoeng Hatee Rakyat Aceh. Universitas Syiah Kuala di
situlah aku menempuh pendidikan strata 1 ku.
Sebelum berangkat aku merasa lapar sekali. Namun ku urungkan niat ku untuk makan sepiring nasi, karena aku baru saja makan sore tadi atau tepatnya 3 jam yang lalu. Namun pas aku baru memasukkan beberapa sendok nasi ke dalam piring, dan aku sedang mengambil lauk untuk ku makan, namun belum sempat aku makan, mobil yang ku tumpangi datang, dan makanpun di batalkan. Beberapa menit sebelumnya aku mengatakan pada 2 adikku dan mamakku ''jika aku makan nasi, mobilnya pasti akan tiba'' dan perkiraan itu tepat sekali. Tapi ini semua hanyalah unsur kebetulan semata.
Sebelum pergi, aku berpamitan pada 2 adikku dan mamakku, Ayahku tidak mengantarku. Ku sempatkan juga mencium tangan mamakku, di situ juga ada Makcek adik ipar dari mamakku duduk di depan rumahnya, lalu ku sempatkan juga mencium tangan beliau, dan beliau mengusap kepalaku dengan mengatakan ''somoga sampai cita-cita anakku'' aku tersenyum mendengar perkataan Makcek sambil mengatakan 'Amin' di dalam hati.
Lalu ku menghampiri 2 adik perempuanku. Dan mereka mencium tanganku, dan aku kembali mecium tangan kakak sepupuku anak dari Makcek yang sedang bersama Makcek di depan rumahnya. Kak Ana namanya. dia berkata, ''kapan pulang kampung lagi???'' aku pun menjawab.
''Insyaallah bulan puasa nanti kak'' lalu aku bergegas menaiki mobil L300, mobil angkutan yang biasa aku naiki ketika kembali ke Kota Banda Aceh.
***
Bulan seperti tersenyum, aku melihatnya dari kaca jendela mobil yang ku tumpangi ini. Indah, dia sangat indah mempesona mata. Meski bintang-bintang tak menemaninya malam ini. Awan-awan putih bergerak pelan menghampiri bulan, sesekali sang awan menutupi bulan purnama yang sedang bersinar.
Dalam mobil ini, aku mendengar lagu Aceh yang di bawa oleh Yusbi Yusuf, lagu yang sangat menyentuh dengan apa yang aku jalani sekarang.
''aneuk beurajin, beurajin jak sikula'' kalimat ini yang sangat menyentuh. Ini bukan kali pertamanya aku mendengar lagu itu. Namun lagu ini sangat menyentuh hatiku sekarang. Sambil aku menuliskan cerita ini, sesekali aku melihat keluar jendela bulan masih menemaniku malam ini menuju kota Banda Aceh.
Note ::
'aneuk beurajin, beurajin jak sikula artinya 'Nak rajinlah. Rajinlah pergi ke sekolah''
oleh Rahmat Amien pada 26 Januari 2013 pukul 21:19 ·
Sebelum berangkat aku merasa lapar sekali. Namun ku urungkan niat ku untuk makan sepiring nasi, karena aku baru saja makan sore tadi atau tepatnya 3 jam yang lalu. Namun pas aku baru memasukkan beberapa sendok nasi ke dalam piring, dan aku sedang mengambil lauk untuk ku makan, namun belum sempat aku makan, mobil yang ku tumpangi datang, dan makanpun di batalkan. Beberapa menit sebelumnya aku mengatakan pada 2 adikku dan mamakku ''jika aku makan nasi, mobilnya pasti akan tiba'' dan perkiraan itu tepat sekali. Tapi ini semua hanyalah unsur kebetulan semata.
Sebelum pergi, aku berpamitan pada 2 adikku dan mamakku, Ayahku tidak mengantarku. Ku sempatkan juga mencium tangan mamakku, di situ juga ada Makcek adik ipar dari mamakku duduk di depan rumahnya, lalu ku sempatkan juga mencium tangan beliau, dan beliau mengusap kepalaku dengan mengatakan ''somoga sampai cita-cita anakku'' aku tersenyum mendengar perkataan Makcek sambil mengatakan 'Amin' di dalam hati.
Lalu ku menghampiri 2 adik perempuanku. Dan mereka mencium tanganku, dan aku kembali mecium tangan kakak sepupuku anak dari Makcek yang sedang bersama Makcek di depan rumahnya. Kak Ana namanya. dia berkata, ''kapan pulang kampung lagi???'' aku pun menjawab.
''Insyaallah bulan puasa nanti kak'' lalu aku bergegas menaiki mobil L300, mobil angkutan yang biasa aku naiki ketika kembali ke Kota Banda Aceh.
***
Bulan seperti tersenyum, aku melihatnya dari kaca jendela mobil yang ku tumpangi ini. Indah, dia sangat indah mempesona mata. Meski bintang-bintang tak menemaninya malam ini. Awan-awan putih bergerak pelan menghampiri bulan, sesekali sang awan menutupi bulan purnama yang sedang bersinar.
Dalam mobil ini, aku mendengar lagu Aceh yang di bawa oleh Yusbi Yusuf, lagu yang sangat menyentuh dengan apa yang aku jalani sekarang.
''aneuk beurajin, beurajin jak sikula'' kalimat ini yang sangat menyentuh. Ini bukan kali pertamanya aku mendengar lagu itu. Namun lagu ini sangat menyentuh hatiku sekarang. Sambil aku menuliskan cerita ini, sesekali aku melihat keluar jendela bulan masih menemaniku malam ini menuju kota Banda Aceh.
Note ::
'aneuk beurajin, beurajin jak sikula artinya 'Nak rajinlah. Rajinlah pergi ke sekolah''
oleh Rahmat Amien pada 26 Januari 2013 pukul 21:19 ·
Tags:
Catatan
Diari Hujan
0 komentar