Bahagia

''Aku takut, aku tidak akan bahagia nanti. Dia seperti anak-anak. Mungkin aku akan bahagia bersama orang lain selain dia'' ceritanya dengan pasrah. Yani akhir-akhir ini dekat dengan seorang pria teman dari temannya ketika masih SMP dulu. Fikar begitu pria itu disapa sama teman-temannya.

''lalu siapa yang akan menjamin kau akan bahagia dengan orang lain, beb?'' Tanya Iqbal melalu telepon selulernya ketika Yani bertanya itu kepadanya.

''bukankah kebahagiaan itu datang setelah ada kebersamaan? Seharusnya kau nikmati dulu kebersamaan itu bersamanya, dan kebahagiaan akan datang. Atau jika nanti kau tidak menemui kebahagiaan yang kau cari. Kau bisa mengakhiri hubungan itu'' jelasnya dengan pasti kepada Yani.


''tapi dia seperti anak-anak, gak ada tampang seriusnya'' Yani berkomentar dengan pasti.

 ''seandainya Yani tolak, Yani takut dia tersakiti. Karena hidup dia penuh dengan kesakitan''

 ''Bukankah anak-anak itu buat lucu dan menyenangkan?''

''ia sih, tapi kapan kita dewasanya?''

''dewasa itu bukan dilihat dari tampang saja beb. Dewasa itu adalah cara ia mengambil keputusan. Mungkin menurut Iqbal ni, dia bisa menempatkan sesuatu dengan benar. Buktinya meskipun ia selama ini tersakiti, ia tetap bahagia menjalani hari. Coba lihat anak yang broken home lainnya, mungkin tidak akan seperti dia beb. Dia sudah sangat dewasa dalam mengatasi masalahnya beb'' Iqbal berkata panjang lebar, dan Yani diam di seberang sana, lalu mengucapkan terima kasih karena sudah menerima curhatannya.

Share:

0 komentar