Sahabat Lama
Oleh : Rahmat Amien
Ditengah panasnya cuaca Ibukota, penat rasanya bila
berada di sini, di jalan yang penuh dengan hiruk pikuk kendaraan yang berlalu
lalang. Tapi itu harus di jalani, semua demi masa depat yang lebih cerah
tentunya. Ini mungkin perjuangan untuk mencapai masa depat yang lebih baik. “Kenapa aku harus disini. Harus jauh dari
orang tua. Ternyata memang capek hidup sendiri. Handphone ku tiba-tiba bergetar”
aku bergumam dalam hati yang di kejutkan dengan suara HP yang bordering dan
menggetarkan saku celana ku ini,ku lihat sebuah nomor baru memanggil.
“Assalamu’alaikum” ku menjawab telepon tersebut
“Wa’alaikumsalam” jawab suara di seberang sana. “Hai sombong,gak lihat kiri kanan jalannya’’ suara itu menyambung
lagi pembicaraannya. Lalu ku tengok kiri dan kanan tidak ada orang yang aku
kenali.
“Maaf, ini
dengan siapa ya?” Tanya ku
penasaran
“Ah, payah. Baru
beberapa tahun gak jumpa sudah di lupakan. Ini Ronni. Kenal?” jawabnya agak sedikit dongkol
“Ronni mana” jawab ku lagi. Aku pura-pura tidak mengenal
“Ronni, teman
SD, SMP mu, masa gak kenal”
Roni adalah sahabat akrabku ketika aku masih di
kampung, tepatnya di Gampong Krung Pantoe, dari kecil, kami memang sering
bermain bersama, kemana-mana selalu berdua. Banyak kisah yang terjadi diantara
kami berdua, mulai dari sedih maupun senang. Namun sewaktu kelas 2 Smp, dia
harung mengikut keluarganya pindah ke Aceh Singkil, tempat dimana ibunya di
lahirkan dan di besarkan oleh neneknya.
“oh, bukannya
dia sudah meninggal ya, kok hantu bisa nelpon..??” jawab ku asal. Karena beberapa bulan yang lalu aku
mendengar kabar bahwa sahabat lama ku ini sudah menghembuskan nafasnya yang
terakhir, karena kecelakaan.
“enak aja, masih
hidup dan masih bisa bernafas sampai sekarang” jawabnya
‘hehehe. Lagi
dimana Ron?” Tanya ku penasaran
sambil sedikit tetawa
“Lagi di Rise up
ni. Gam kesinilah. Gak ada kawan ni”
Rice Up adalah nama sebuah warung kopi yang letaknya di depan kampus Ekonomi
Unsyiah. Tempat yang baru saja ku lewati beberapa menit yang lalu.
“oke. Tunggu ya.
Ni lagi jalan kesana”. Jaraknya memang
dekat dari tempat ku berada. Tidak butuh waktu lama untuk kesana. Sekitar 3
menit, aku sampai di tempat tujuan yaitu di sebuah warung kopi yang bernama
Rise Up.
Selain terkenal dengan kopi, Aceh juga terkenal
dengan warung kopi, tidak sulit untuk menemukan warung kopi di Banda Aceh ini.
Hampir di seluruh pelosok Banda Aceh terdapat warung kopi yang memilki
fasilitas Wifi tentunya. Warung kopi memang sangat peat perkembangannya di
Aceh, di Banda Aceh tentunya. Hampir semua warung kopi di gunakan sebagai
tempat tongkrongan anak muda Aceh, baik pelajar maupun mahasiswa. Pesona warung
kopi memang popular bagi mahasiswa yang menuntut ilmu di Aceh, tepatnya di
Banda Aceh.
Kemarau yang berkepanjangan membuat suasana kota
Banda Aceh menjadi semakin panas, dengan matahari yang sangat menyangat dan
tidak sedikit mengeluarkan peluh dari tubuh ini. Panas memang, namun itulah
kehidupan kota. Di ujung sana sudah duduk seorang yang ku kenal sambil
memainkan laptop kesayangannya.
“Hai, asik main
pesbuk” ucap ku
mengejutkannya, sambil duduk di kursi di depatnya.
“Hai” ucapnya
sambil bersalaman dengan ku. “Lama Juga kita tidak bertemu ya” ucapnya nya lagi.
“lama memang,
sekitar 6 tahun.” Jawab ku asal. Tidak banyak yang berubah dari diri Roni,
masih seperti yang dulu, Cuma sekarang Nampak sedikit dewasa dibandingkan 6
tahun silam. “kuliah dimana Ron?” Tanya
ku padanya.
“Di Ekonomi
Management. Kamu pasti di Fisip kan?”
Tanya nya.
“kok tau aku
kuliah di Fisip Ron?” tanyaku dengan
sedikit penasaran.
“ ya, taulah.
Kemaren aku berjumpa dengan Ryan di Masjid Raya, ketika aku sedang shalat
Dzuhur disana. Aku berjumpa dengan dia. Dia cerita kalau kamu kuliah di Fisip
dan dia juga memberikan nomor hp mu padaku”
jelasnya padaku.
“Ingat kisah ini
gak?” tanya ku pada Roni
“Yang mana?” Tanya Roni penasaran
“yang ketika
kita di TPA, eh.. eh..” dan kami
tertawa bersama
“Apa kabar dia
sekarang Mad?”
“Baik, sekarang
dia kuliah di Kedokteran Unaya”
jawab ku seadanya. Unaya adalah singkatan dari Universitas Abulytama, sebuah
universitas Swasta yang ada di Aceh.
“ehm-ehem, mulai
Tanya-tanya ni ye, kangen ya. Hehe?”
Aku sedikit meledek sahabat lamaku ini
“hahaaa. Bisa
aja kamu ni Gam”
Ketika kami masih mengaji di TPA yang sama, ada
kejadian menarik waktu itu. Waktu mau pulang mengaji semua teman-teman se-TPA
tempat aku mengaji, berebutan bersalaman dengan Ustadzah. Karena saling
berdesakan, Ronni bukannya mencium tangan Ustadzah, namun mencium tangan
seorang santriwati. Putri. Ini yang membuat Roni malu dan sedikit berkesan
karena gadis itu bisa di katakan Cinta monyetnya Roni. Karena diam-diam sahabat
lama ku ini mengagumi Putri.
Banyak kisah seperti terulang kembali setelah sekian
lama tidak bertemu dengannya. Ini membuat membuat ku yang awalnya kepanasan
dijalan menuju pulang ke kos-kosan menjadi sedikit lebih dingin, duduk di
warung kopi dengan segelas teh dingin membuat suasana semakin dingin sambil
menemani sahabat lama ku ini. Tanpa terasa dari kisah demi kisah masa lalu yang
kembali terbesit di ingatan membuat sore semakin senja. Dan Roni akhirnya
mengantarkan aku pulang menuju kos-kosan tepat aku tinggal semala di Banda Aceh
untuk mencari gelar sarjana.
September bulan yang mempertemukan kembali aku dengan
sahabat lama. Semenjak itu komunikasi antara dua sahabat yang sekian lama tidak
berjumpa kembali terjalin. Dan saling mengunjungi untuk mempererat silaturahmi.
Tags:
Goresan Penaku
0 komentar