KETEGUHAN Fachri dalam film
Ayat-ayat Cinta ternyata tidak hanya
berhasil membuat Maria yang diperankan oleh Carissa Putri jatuh cinta pada
Islam, tetapi juga telah menggugah hati Yong Sui Kim untuk menemukan jalan
kebenaran di dalam hidupnya.
Yong Sui Kim adalah gadis keturunan Cina berusia 18 tahun yang dilahirkan di
Meulaboh, 12 April 1994. Kedua orang tuanya, Darman (alm.) dan Paulina,
merupakan penganut agama Budha. Sejak kecil, Yong Sui Kim, yang kini beralih
nama menjadi Nur Masyitah Fitria Ramadhani, ini hidup dalam ajaran agama Budha.
Sebelum menjadi muslim, Yong Sui Kim memiliki nama Indonesia Santi. Setelah
menjadi muslim, ia lebih suka dipanggil dengan nama mualafnya karena menurutnya
memiliki arti yang sangat indah, yaitu cahaya keteguhan Masyitah di bulan
Ramadan menjelang hari yang fitri.
Orang tuanyalah yang mengajarkan agama Budha kepadanya sejak ia kecil.
Namun, semua yang diajarkan oleh orang tuanya itu pelan-pelan bergejolak
setelah ia menonton film
Ayat-ayat Cinta yang diperankan oleh Fedi
Nuril, Rianti Cartwright, dan Carissa Putri. Gejolak tersebut kemudian menjadi
perasaan yang menggebu-gebu dan mendorong jiwanya untuk pindah keyakinan.
“Sebenarnya, sudah dari kelas 2 SMP Syitah tertarik masuk Islam, tapi masih
tertunda, takut putus sekolah gara-gara masuk Islam. Jadi, niatnya ditunda dulu
dan selama masa penundaan itu, Syitah mendalami lagi tentang Islam,” ujar gadis
bermata sipit yang dipanggil Syitah kepada
The Atjeh Times.
Perasaan itu terus ia pendam sampai beberapa tahun kemudian. Hingga
akhirnya, saat kelas 3 SMA bertepatan dengan 27 Ramadan 1431 Hijriah atau 2010
Masehi, ia memutuskan mengucap dua kalimat syahadat untuk mengukuhkan
keislamannya.
Sebelum menjadi Muslim, ia sudah mempelajari tentang akhlak Islam, tentang
halal haram, serta tentang perintah untuk berpuasa. “Syitah pernah coba
berpuasa selama beberapa hari. Syitah tahu kalau puasa Syitah tersebut tidak
diterima dan tidak ada pahalanya, tapi itu memberikan kebahagiaan sendiri bagi
Syitah,” ujarnya. Untuk itu, ia pun menyimpan makan siangnya untuk berbuka dan
makan malamnya untuk makan sahur.
Selain itu, gadis berkulit kuning langsat yang kini kuliah di Fakultas MIPA
Universitas Syiah Kuala ini sudah menyadari konsekuensi yang ia terima. Ia pun
sudah siap dengan berbagai ketentuan dalam Islam yang harus dilakukan oleh
seorang Muslim.
Menjadi mualaf bukan berarti kehidupan Masyitah masih berjalan seperti
biasanya. Ia sempat merahasiakan keislamannya pada orang tua dan kerabatnya.
Untuk salat, ia terpaksa melakukannya secara sembunyi-sembunyi di dalam
kamarnya.
Namun, serapat apa pun Yong Sui Kim menyembunyikan keislamannya, sang ibu
akhirnya mengetahui juga. Ia mengatakan, intervensi dari keluarganya begitu
besar. Oleh sang ibu ia diminta kembali memeluk agama Budha.
“Akhirnya, Syitah mengaku, tapi Syitah bilang tetap ingin menjadi Muslim.
Kalau keluar lagi, namanya murtad. Mama bisa melarang Syitah apa saja, tapi
mama tidak bisa melarang Syitah untuk selalu menyembah Allah,” ungkapnya.
Setelah itu, ibundanya tak pernah lagi melarang Masyitah melakukan ritual
ibadah sebagai seorang muslim. Namun, bukan berarti ia rela putrinya itu
menjadi seorang muslim. Ia tak pernah bosan menyuruh Masyitah untuk
menanggalkan kerudungnya. Bahkan, pernah kerudung yang dipakainya ditarik, lalu
dilempar, dan diinjak-injak oleh ibunya.
“Tapi, Syitah tidak terbebani dengan apa yang terjadi dalam hidup. Semua ini
jadi plong ketika Syitah mengadu dan berserah diri kepada Allah,” ujarnya
sambil tersenyum. Menurutnya, hal yang paling disenangi setelah ia berislam
adalah saat ia diliputi kemurungan dan kegundahan, terutama saat teringat pada
keluarganya. Ia bisa bercerita kepada sang Pencipta dalam sujud salatnya.
Baginya Islam adalah berkah luar biasa yang pernah ia rasakan. Baginya
agama Islam bukan sekadar mengajarkan seseorang untuk hidup, tetapi juga
semuanya jelas siapa yang harus disembah, berada di mana seseorang setelah
kehidupan berakhir, dan amalan-amalan apa yang harus dicari sebagai bekal
kelak, semuanya sudah jelas.
Mengenai takdirnya ini, dengan bijak Yong Sui Kim mengatakan jika
semua orang sudah mempunyai garis takdir masing-masing. “Dan kali ini takdir
Syitah menuju kebaikan tersangkut di
Ayat-ayat Cinta,” ujarnya.