•.♥♥.•*Fenomena Facebook Dalam Al-Qur'an*•.♥♥.•
Suatu ketika selepas Ashar di Masjid Al Hikam. Di salah
satu pojok masjid tersebut terdapat Ranid dengan dua orang temannya yakni Ahmad
dan Ilmi yang terlihat sedang mendiskusikan sesuatu. Kali ini tema yang
diangkat seputar masalah I’jazul Quran (Mukjizat Al Quran). Diskusi yang
berjalan cukup santai namun sarat akan ilmu.
Ahmad adalah seorang mahasiswa salah satu PTS di
Jakarta dengan program studi Matematika. Seorang calon pengabdi masyarakat
dengan ilmunya. Ahmad selalu berupaya mengaitkan Al-Qur’an dengan bidang
studinya matematika. Ahmad sering berkutat dengan angka-angka dalam Al-Qur’an.
Ahmad pun memulai diskusi. “Subhanallah alquran itu
bener-bener mukjizat. gw pernah baca di Internet bahwa ternyata kata Yaum
(hari) di dalam alquran sebanyak 365 kata sama seperti jumlah hari dalam satu
tahun, kata syahr (bulan) disebutin 12 kali sama kayak jumlah bulan dalam satu
tahun, sab’u (minggu) disebutin 7 kali sama dengan jumlah hari per minggu.
Belum lagi kata-kata yang berlawan kata. Misalnya ad dunya 115 kali, al akhiroh
juga 115 kali. Malaikat 88 kali sedangkan asy syayathin 88 kali juga. Al hayat
145 kali begitupun dengan Al Maut yang juga 145 kali. Belum lagi angka 19 yang
disebutin dalam alquran surat
Al Mudatsir ayat 30. Sebetulnya masih banyak tapi mending antum liat di
internet aja nafsi-nafsi, tinggal tanya mbah google ketik key word nya
keajaiban angka dalam alquran,” Celoteh Ahmad sekaligus mengakhiri
presentasinya.
Tiba giliran Ranid memaparkan pengetahuannya seputar
masalah mukjizat Quran. Ranid memang sangat menyenangi diskusi-diskusi tentang
kajian Islam berhubung program studi Ranid adalah bahasa Arab yang ia geluti di
salah satu Ma’had Lughoh di Jakarta. Maka ia akan memaparkan sepengetahuannya
tentang I’jazul Quran dari sudut pandang bahasa.
Setelah mengucapkan basmalah seraya memuji Allah dengan
hamdalah, serta sholawat kepada Nabi SAW. Ranid pun mulai berkata “Mumtaz!
ustadz Ahmad mantep dah penjelasannya, giliran ane ya? Gini jadi mukjizat kalo
diliat dari segi bahasa maka secara sederhana dapat diartikan sebagai 'senjata'
untuk melemahkan terhadap tantangan dakwah yang ada. Contoh di zaman nabi Musa
AS berhubung waktu itu sihir sedang ngetrend-ngetrendnya maka Allah kasih
mukjizat nabi Musa AS 'menyerupai' sihir, tapi bukan sihir, dengan tongkatnya
yang terkenal. Bisa berubah jadi ular, ngebelah lautan, dsb. Trus di zaman nabi
Isa AS
berhubung waktu itu ilmu kedokteran lagi maju-majunya maka Allah kasih kepada
nabi Isa AS
mukjizat yang berhubungan dengan dunia pengobatan. Nah, di zaman Rasul SAW pada
masa itu kaum jahiliyyah terkenal akan syairnya yang luar biasa Indahnya. Maka
Allah pun memberikan kepada Nabi SAW berupa alquran sebuah mukjizat yang begitu
sangat tinggi dan sarat akan nilai sastranya.”
Ranid masih melanjutkan pemaparannya “bahkan Allah
nantangin mereka kaum kafir untuk buat satu surat saja yang semisal dengan alquran. Coba
ente berdua buka Al-Baqoroh ayat 23
'dan jika kamu meragukan Al-Quran yang Kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad) maka buatlah satu surat semisalnya dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang yang benar,'
dan dilanjutan ayatnya, bahwa Allah sudah kasih
garansi, mereka pasti gak akan mampu ngebuatnya. Pernah ada kisah tentang
Musailamah Al-Kadzdzab yang coba-coba buat alquran tandingan. Salah satu
suratnya niru-niru al-fiil. Dan surat
gadungan itu ditertawakan banyak orang karena diliat dari sisi bahasa dan
maknanya betul-betul jelek. Dan satu hal lagi cuma alquran kitab suci yang bisa
dihafal oleh jutaan manusia walaupun manusianya itu sendiri pun tidak
mengetahui arti alquran. Bahkan uniknya juga, hafalannya tersebut lengkap
sampai titik dan komanya. Subhanallah maha benar Allah dalam firmanNya 'dan
sungguh Kami mudahkan Al-Quran untuk peringatan' Al-Qomar ayat 17,” Ranid pun
mengakhiri makalah yang dibawakannya.
Selanjutnya giliran Ilmi yang mendapat giliran
menjelaskan mukjizat quran berdasarkan studi yang ia geluti. Ilmi adalah
seorang mahasiswa IT di salah satu PTS di Jakarta.
Berbeda dengan kedua orang sahabatnya tadi, Ikhwan lajang ini tengah
mengerjakan tugas akhir dalam perkuliahannya. Hal ini dikarenakan Ilmi terlebih
dahulu kuliah selepas SMA daripada Ahmad dan Ranid yang sempat menunda jenjang
akademisnya.
Lengkap dengan stelan kacamata khas para hacker di film
Hollywood, Ilmi
pun memulai pembicaraannya. “sebenernya ane belum mau mengatakan ini mukjizat
atau gak? terus terang ane gak berani. Tapi salah satu point yang pernah ane
dengar dalam seminar Qur’an bahwa kenapa Qur’an disebut mukjizat tak lain dan
tak bukan adalah karena kebenarannya dalam 'meramal' masa depan. Betul gak
Ran?” Ilmi bertanya pada Ranid. Ranid pun mengiyakan pernyataan Ilmi dengan
menganggukan kepala, seolah tak mau kehilangan pemaparan dari Ilmi sahabatnya.
Ilmi melanjutkan “surat
al-lahab contohnya, di situ Allah memastikan bahwa Abu Lahab bakalan tetep
kafir dan masuk neraka. Dan ketika surat
itu turun di Mekkah, Abu Lahab ternyata masih hidup. Sekarang coba antum
bayangin kalo seandainya Abu Lahab itu tergerak hatinya untuk masuk Islam atau
pun pura-pura masuk Islam maka Al-Quran akan dipertanyakan kebenarannya dari
dulu sampai sekarang. Ataupun di surat Ar-Rum di
situ dijelaskan bahwa Romawi bakalan menang melawan Persia. Dan itu subhanallah terjadi
beberapa tahun kemudian. Setelah pada peperangan yang sebelumnya Romawi kalah
maka pada peperangan selanjutnya Romawi menang telak.
Dan satu lagi peristiwa fathul Mekkah di surat Al-Fath. Allah
memastikan kaum Muslimin akan memasuki Mekkah setelah sekian lama hijrah ke
Madinah. Dan subhanallah hal itu terbukti.”
Fenomena "Al-Fisbukiyyah" dalam Al-Qur'an
“Ah itu mah dari aspek sejarah Mi, coba dari aspek IT
sesuai sama studi ente?” Tanya Ranid seolah menantang Ilmi. “Weitss,
tenang-tenang ane kan
belum selesai jelasinnya, ana lanjut ya!” Jawab Ilmi. “Nah berhubung tadi ane
bilang ana gak berani nyebut ini mukjizat atau nggak, maka ane akan bilang ini
kehebatan Quran.” Ilmi masih melanjutkan, sementara kedua rekannya Ahmad dan
Ranid masih terus diam dan menyimak kata per kata yang akan terlontar dari
mulut Ilmi. “ente berdua tau gak, bahwa sejak 1400 tahun yang lalu alquran
sudah menyinggung tentang Facebook dan kawan-kawannya?!” Ahmad sang Cagur
(Calon Guru) tertegun diiringi dengan tertawa kecil seolah tak percaya statmen
Ilmi. Lain lagi dengan Ranid yang masih berpikir dan mencari-cari bahwa apakah
benar kata Facebook ada di dalam alquran. Dengan mencoba mentashrif pola-pola
fi’il.
Ilmi meneruskan kembali pemaparannya “Ahmad, coba ente
berdua buka surat
Al-Ma’arij ayat 19-21
"'Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka
mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila
mendapat kebaikan dia jadi kikir.'
Ayat ini menjelaskan fenomena jama’ah
"Al-Fisbukiyyah" secara umum. Coba ente-ente liat wirid-wirid mereka.
Kebanyakan isinya keluh kesah. Temanya udah mirip
sinetron mendayu-dayu sampai bikin air mata keluar. Sakit dari mulai bisul,
cantengan, jerawat, sampai ayan di update di status. Cuaca juga gak
ketinggalan. Dikasih hujan, ngeluh gak bisa kemana-mana. Dikasih panas ngeluh
kepanasan. Segala maksiat juga disebarin di muka umum. Masalah duit abis,
rezeki seret terus dan terus di suguhkan. Ibadah juga ada beberapa yang
dipublikasikan puasa, sedekah, tapi alhamdulillah ane belum menemukan ada orang
yang lagi sholat update status 'lagi roka’at dua nih' naudzubillah kalo sampai
ada!” canda Ilmi.
Ahmad dan Ranid pun tertawa dan mengaminkan ucapan
Ilmi. “Terus di ayat setelahnya dikatakan 'apabila dapat kebaikan maka ia
kikir.' Ane rasa betul ayat tersebut. Coba ente berdua hitung ada beberapa
orang yang update status semisal alhamdulillah dapet rezeki, buat yang mau
ditraktir harap tunggu di depan masjid. Kira-kira ada gak status kayak gitu.
Giliran dapat rezeki yang melimpah pada pelit gak mau orang lain pada tau, tapi
giliran ditimpa musibah di share kemana-mana.”
“Ah, lo iri aja kali jangan sok jaim deh?!” Kali ini
Ahmad yang bertanya kepada Ilmi. Ilmi pun menjawab “ane rasa jaim itu perlu,
dalam konteks JAIM, Jaga-Iman berkaitan dengan hal malu, ane tidak mengharamkan
update status, akan tetapi alangkah baiknya update-nya itu yang baik-baik
pokoknya temanya mengajak kebaikan dari quran, hadits, sahabat, ataupun
salafush sholih. Inget akh dalam hadits riwayat Bukhori dikatakan Jika kamu
tidak malu, maka berbuatlah sesukamu. Ulama bilang bahwa jika kita udah gak
malu sama Allah dan tidak merasa diawasinya maka tunaikan saja hawa nafsumu dan
lakukan apa yang kau inginkan.” Jawab Ilmi.
Ranid tak menyangka sahabatnya Ilmi dapat menarik dan
mengaitkan surat
Al-Ma’arij ayat 20-22 dengan fenomena Facebookers yang bergentayangan di dunia
maya. Alhamdulillah bertambah satu lagi pengetahuan Ranid pada hari itu.
Sungguh Ranid sejatinya sudah sering membaca atau bahkan menghafalkan surat ini. Namun
dikarenakan kurang men-tadabbur-i ayat ini maka alangkah kagetnya ia
mendengarkan penjelasan yang dipaparkan oleh sahabatnya Ilmi.
Diskusi kali ini pun berakahir seiring
dikumandangkannya adzan maghrib sebagai pertanda masuknya waktu sholat maghrib
wAllahu a'lam bisshowab...
diambil dari buku:Laki-Laki Sholeh & Wanita
Sholehah
Semoga tulisan sederhana ini membawa banyak manfaat
bagi yang membacanya. Segala kesalahan adalah dari saya pribadi, untuk itu saya
mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kebenaran itu mutlak milik
Allah Azza Wa Jalla...Wallahu Musta'an
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa
anta astaghfiruka wa atuubu ilaika . . ..
Sumber : Ane dapatkan dari sebuah grup di facebook Berbagi Ilmu Sesama Muslim yang di posting oleh Syahrul Id
Tags:
Berbagi
IslamPedia
0 komentar