Pentingnya Pendidikan Menurut Para Ahli

Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia. Kita dapat mengatakan, bahwa di mana ada kehidupan manusia, bagaimanapun juga di situ pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980: 32). Pendidikan sebagai gejala yang universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena disamping pendidikan sebagai gejala sekaligus juga sebagai upaya memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan perkembangan kebudayaan manusia, timbullah tuntutan akan adanya pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur dan didasarkan atas pemikiran yang matang. Manusia ingin lebih mempertanggungjawabkan caranya dia mendidik generasi penerusnya agar lebih berhasil dalam melaksanakan hidupnya, dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama dan dunia serta dalam hubungannya dengan Tuhan. Di sinilah muncul keharusan pemikiran teoritis tentang pendidikan. 

Satu hal yang menjadi jelas dari apa yang disebut pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia. Pengertian demikian, menurut Soedomo (1990: 30), selalu dipegang oleh kalangan pendidikan. Dengan pernyataan lain kalangan pendidikan mencermati pendidikan, disamping sebagai gejala, juga sebagai upaya. Pada gilirannya, pandangan bahwa pendidikan sebagai gejala sekaligus upaya ini melahirkan teori-teori pendidikan (theories of education).

George F. Kneller (1971: 231), secara jelas memberi arti tentang teori pendidikan. Menurutnya, kata teori menpunyai dua makna sentral. Di satu pihak teori dapat menunjuk suatu hipotesis atau serangkaian hipotesis yang telah diverifikasi dengan observasi atau eksperimen, sebagaimana dalam kasus teori gravitasi. Sebagaimana memandang teori dalam artian ini, teori-teori pendidikan menunggu pengembangan. Di lain pihak teori dapat juga merupakan sinonim umum untuk pemikiran sistematik atau serangkaian pemikiran-pemikiran sistematik atau serangkaian pemikiran-pemikiran yang koheren. Sebagaimana memandang teori dalam artian ini, pendidikan benar-benar telah menghasilkan teori yang banyak sekali.

Teori pendidikan menurut Ernest E. Bayles, adalah berkenaan tidak hanya dengan apa yang ada, tetapi bahkan banyak juga dengan apa yang harus ada. Sebagai teori yang dikembangkan secara sadar dalam kaitannya dengan upaya pendidikan, maka teori pendidikan memiliki keunikan tersendiri apabila dibandingkan dengan teori penjelas (explanatory theory) yang memandang pendidikan semata-mata sebagai gejala atau sebagai fenomena atau sebagai fakta. Karena keterkaitan antara kegiatan berteori dan kegiatan upaya pendidikan, maka teori pendidikan dapat dikategorikan terutama sebagai teori praktis (practical theory). P. H. Hirst tetap berpendapat bahwa fungsi utama dan teori pendidikan adalah untuk membimbing praktek pendidikan (to guide educational practice). (More, 1974: 58). Teori pendidikan mempunyai aspek ilmiah dan aspek preskriptif (normatif).

Teori-teori pendidikan diharapkan merupakan unsur-unsur bangunan pengetahuan (a body of knowledge) ilmu pendidikan (Soedomo, 3 1-33). Selanjutnya yang menjadi pertanyaan yaitu, apakah yang dimaksud dengan ilmu pendidikan itu? Berikut ini akan dikemukan pandangan sejumlah ahli tentang apa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan.

Menurut M.J. Langeveld (1995), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan) adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.

Menurut S. Brodjonagoro (1966: 35), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas paedagogiek adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.

Menurut Driyarkara (1980: 66-67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah (pemikiran yang bersifat kritis, metodis dan sistematis) tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan didik). Kritis berarti bahwa orang tidak menerima saja apa yang ditangkap atau muncul dalam benaknya, tetapi semua pernyataan, semua afirmasi harus mempunyai dasar yang kuat. Orang yang bersikap kritis, ingin mengerti betul-betul (tidak hanya membeo), ingin mengalami sesuatu dengan seluk-beluknya dan dasar-dasarnya.

Metodis berarti bahwa dalam proses berpikir dan menyelidiki orang menggunakan suatu cara tertentu. Sistematis berarti bahwa pemikir ilmiah itu dalam prosesnya dijiwai oleh suatu ide yang menyeluruh dan menyatukan, sehingga pikiran-pikiran dan pendapat-pendapat tidak tanpa hubungan, melainkan merupakan kesatuan.

Secara historis Johan Friederick Hebart sering disebut sebagai bapak ilmu pendidikan modern dan bapak psikologi modern (Gruber, 1973: 142). Berangsur-angsur ilmu pendidikan berkembang sampai tumbuh menjadi ilmu yang berdiri sendiri yang mengkaji hakikat, persoalan bentuk-bentuk dan syarat-syarat dari pendidikan. Tetapi yang betul-betul berdiri sendiri ilmu pendidikan terjadi pada akhir abad ke-19 (-1895) sampai sepertiga permulaan abad ke-20 (± 1933) oleh gerakan Autonomi paedagogiek yang berlangsung di Eropa dan Amerika. 

Ilmu pendidikan dalam bentuknya yang lebih sistematik termasuk ilmu yang sangat muda. Ilmu pendidikan lahir dan berkembang jauh lebih belakang dari pada praktik upaya pendidikan. Dapat dikatakan bahwa ilmu pendidikan masih membentuk dirinya atau dalam keadaan sedang berkembang. Di samping itu, ilmu pendidikan harus berpacu dengan masalah-masalah praktis yang mendesak yang memang sama sekali tidak dapat diabaikan.

Share:

1 komentar